Di masa kolonial Belanda, Indonesia menjadi salah satu tempat
pembantaian warga sipil paling sadis di dunia. Hal tersebut terungkap
saat penelitian sejarah di Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
Peneliti
sejarah Batara R Hutagalung mengatakan, pembantaian terhadap warga
Kabupaten Majene dan Polewali Mandar (Polman) di Galung Lombok saat
penyerangan pasukan Belanda yang dipimpin Westerling merupakan
pembantaian tersadis kedua di dunia setelah pembantaian di India.
Pembantaian
pasukan Westerling di Galung Lombok, Desa Galung Lombok Kecamatan
Tinambung, Polman, dilakukan secara membabi buta oleh tentara Belanda,”
kata Batara saat mengunjungi makam korban 40.000 jiwa di Galung Lombok,
Kamis 2012.
Dia menjelaskan sebelumnya pembantaian pernah terjadi di India,
Pembantaian tersebut dilakukan tentara Inggris di Amritsar, India yang
dikenal dengan pembantaian Jallianwala Bagh terhadap 15.000 hingga
20.000 warga sipil yang dilakukan 50 serdadu secara membabi buta pada 13
April 1919.
Pembantaian membabi buta juga terjadi di Galung
Lombok terhadap warga sipil. Saat ini jumlah korban yang telah terdata
sebanyak 485 orang. Setelah dilakukan identifikasi ulang, masih terdapat
sekitar 160 korban sementara ditelusuri jejaknya oleh tim peneliti.
Batara mengungkapkan, dari arsip yang selama ini diteliti, pembantaian
secara membabi buta baru terjadi di India dan di Galung Lombok.
Korban
diborgol dan dikumpulkan di tanah lapang, kemudian ditembak oleh
prajurit hingga seluruhnya meninggal dan dikubur secara massal.
Pembantaian di Sulbar bukan hanya terjadi di Galung Lombok, namun juga
terjadi di Kecamatan Pamboang, Majene.
Tapi pembantaian yang
dianggap sangat besar adalah yang terjadi di Galung Lombok karena korban yang
dikumpulkan berasal dari Majene dan Polman dan jumlahnya lebih besar.