Sejumlah peneliti asal Jepang yang melakukan kunjungan ke beberapa
daerah di Indonesia bagian tengah untuk mengenal kebudayaan bahari
masyarakat setempat, khususnya cara pembuatan perahu, jenis-jenis
perahu, dan teknik navigasi perahu yang digunakan pada masa lalu.
Peneliti
muda kebudayaan bahari asal Polman Sulawesi Barat (Sulbar),
Muhammad
Ridwan Alimuddin, menyatakan bahwa awal perjalanan dimulai dari Tana
Beru (Bulukumba), beberapa pulau di Selayar,Kepulauan Spermonde di Selat
Makassar (Pangkep), Karama Pambusuang (Polewali Mandar), pesisir utara
Gorontalo yang berbatasan dengan Sulawesi Utara, dan pesisir selatan
tepatnya di perkampungan Bajau di Torisiaje.
Pada Juli 2008
lalu, mereka (peneliti asal Jepang) juga berkunjung ke kampung nelayan
yang terkenal dengan tradisi pemburuan ikan paus,di
Lamalera,NTT,”katanya kepada SI di Mamuju,belum lama ini. Akhirnya
survei yang dilakukan di beberapa daerah, kebudayaan bahari Mandar
dipilih sebagai “alat” yang diharapkan dapat mewujudkan The Great
Journey melalui laut.
Dari perbandingan beberapa daerah yang dikunjungi, disimpulkan bahwa
teknologi pembuatan perahu oleh orang Mandar masih banyak memiliki unsur
tradisional yang juga digunakan pelayar-pelayar purba,setidaknya
penggunaan layar. Meski demikian, itu tidak berarti teknologi dan teknik
berlayar orang Mandar tidak mampu, malah sebaliknya,” ujarnya yang
mendampingi peneliti Jepang ini.
Informasi yang dihimpun SI, hal
tersebut juga berdasarkan beberapa referensi buku, masukan dari kolega
Prof Sekino di Jepang, dan ahli perahu Nusantara dan pengamatan di
lapangan (praktek berlayar bersama sandeq),kebudayaan maritim Mandarlah
yang bisa mewujudkan cita-cita tapak tilas penyebaran umat manusia
melalui laut.
“Orang-orang Mandar masih menggunakan perahu layar untuk mengarungi
lautan luas, perahu bercadik buatannya tangkas dan kuat, dan
pelaut-pelautnya pun pemberani. Setidaknya itu tercermin dari event
Sandeq Race yang hasil dokumentasinya dipelajari tim The Sea Great
Journey.Mereka pun sempat menyaksikan salah satu etape Sandeq Race
2008,” ungkapnya.
Kegiatan itu merupakan bagian kegiatan proyek
“gila”The Sea Great Journey: The Black Current Route (Perjalanan Besar:
Rute Arus Hitam), yaitu ekspedisi laut dari Paparan Sunda ke Kepulauan
Jepang yang dipimpin Profesor Sekino Yoshihara, guru besar Antropologi
Budaya di Mushashino Art University,Tokyo, dan telah menulis lebih dari
40 buku.
Sekino Yoshihara adalah lulusan ilmu hukum dari
Hitotsubashi pada 1975 dan kedokteran dari Universitas Yokohama City
pada 1982. Saat ini selain sebagai dosen humaniora, juga bekerja sebagai
dokter di sebuah rumah sakit di pinggir Kota Tokyo. Profesor itu juga
telah melakukan tapak tilas secara terbalik rute penyebaran umat manusia
dari Chili di ujung selatan Amerika Selatan hingga ke Tanzania Afrika
antara 1993–2002.
Kemudian, sejak 2004,dia juga telah menapaki jalur perjalanan darat
manusia purba yang menuju Kepulauan Jepang. Lalu Semenanjung Korea
selesai dia telusuri pada 2005. Hal itu dilakukan dengan berjalan kaki,
bersepeda, kendaraan di salju yang ditarik binatang, dan dengan perahu
kayak (khususnya ketika melintasi Selat Bering, antara Alaska dan
Rusia).
Sekino dan anggota timnya menyiapkan diri jauh hari
sebelumnya dan mengikutsertakan pelaut asli dari Mandar.Rute yang akan
ditempuh adalah pesisir barat Sulawesi– Kalimantan Timur (secara resmi
pelayaran akan dimulai di sini sebagai batas Paparan Sunda di bagian
timur)–Malaysia–Filipina– Taiwan–Okinawa.