Pitu Ulunna Salu yang terdiri dari : Tabulahan , Rantebulahan, Mambi, Aralle, Bambang, Matangnga, Tabang
Pitu Ba`bana Binanga terdiri dari : Balanipa, , Sendana, Banggae, Pamboang, Mamuju, Tapalang, Binuang
Kerajaan – Kerajaan inilah yang mengadakan perjanjian yang lebih dikenal dengan Allamungan Batu di Luyo Pitu Ulunna Salu diwakili oleh Londong Dehata dan Pitu Ba`bana Binanga diwakili oleh Tomepayung yang pada akhirnya melahirkan tiga Poin kesepakatan yaitu.
- To di Ba`bana Binanga nammemmata di mangiwang, di Pitu Ulunna Salu namemmata di saha.” Maknanya, bila ada musuh yang datang dari arah pesisir Pantai, maka Pitu Ba`bana Binanga akan menangkalnya, sebaliknya bila ada musuh yang datang dari pegunungan, maka Pitu Ulunna Salu yang menangkalnya.
- “Sisara`pai mata mapute anna mata malotong anna mane sisara`I Pitu Ulunna Salu anna` Pitu Ba`bana Binanga.” Maknanya, hanya dengan berpisahnya bola mata yang berwarna putih dan bola mata yang berwarna hitam baru bisa terpisahkan Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba`bana Binanga.
- “Sapala Tappere disolai”. Maknanya Satu Tikar Bersama.
Di Pitu Ulunna Salu memiliki sapu tangan atau sehelai kain yang diikatkan sebagai pengganti kopiah, sedangkan Pitu Ba`bana Binanga berpegang pada simbolong (sanggul perempuan) yang diikatkan pada pinggang. Perdamaian antara Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba`bana Binanga itu dikuatkan lagi dengan satu semboyan, “sisara`pai mata mapute anna` mata malotong anna` sisara` Pitu Ulunna Salu anna` Pitu Ba`bana Binanga”.
Kedua perwakilan dari kedua wilayah (daerah) tersebut berpesan, sekiranya besok lusa terdapat ucapan atau kekeliruan diantara warga wilayah ini maka salah satu pihak wajib saling mengingatkan. Jika satu diantaranya roboh, kita saling menopang. Semoga pesan ini kita bias wariskan kepada anak cucu. Bila berpegang teguh pada keduanya, maka sengketa dan perang tak akan terulang lagi dikemudian hari. Inilah yang memungkinkan untuk dijadikan landasan dalam menghormati kedaulatan masing – masing wilayah, saling membantu dalam menghadapi musuh dan memperarat hubungan kekeluargaan.
Dari perjanjian ini pula lahir kata Sipamandar/Sipamanda` yang berarti saling menguatkan yang kemudian lebih popular dengan kata Mandar yang melekat hingga kini di Jazirah Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba`bana Binanga. Satu hal yang menarik pasca “deklarasi” perjanjian itu (Allamungan Batu) hampir bias dikatakan pertikaian pun sirna. Sebuah peletakan dasar dalam membangun suatu peradaban dikawasan yang luas ini, yang dirumuskan dan dikukuhkan pada masa silam menorehkan sebuah prestasi yang agung. Katakanlah, perdamaian ini digagas oleh para pemimpin kerajaan pada masa lalu yang merupakan tonggak berdirinya “demokrasi”.
Perlu diketahui bahwa Wilayah Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba`bana Binanga merupakan dasar dari penentuan wilayah Propinsi Sulawesi Barat sekarang ini. Jadi dapat diakatakan bahwa wilayah Mandar yang sekarang jadi Sulawesi Barat lahir di sebuah Desa kecil yang bernama Desa Luyo, Kecamatan Luyo Kabupaten Polewali Mandar.