Orang Mandar adalah salah satu suku yang menetap di Pulau Sulawesi
bagian barat. Suku ini menetap di wilayah Kabupaten Polewali, Mandar
dan Majene.
Asal-usul kesatuan Lita atau Tana Mandar,di jelaskan
bahwa Pitu Ulunna Salu (Tujuh Hulu Sungai) dan Pitu Ba, Bana Binanga
(Tujuh Muara Sungai), adalah Negara Wilayah (Kesatuan) Mandar. Orang
-orang dari wilayah permukiman itu, merasa bersaudara semuanya. Orang
Mandar percaya bahwa mereka berasal
dari satu nenek moyang (Leluhur),
yaitu Hulu Sungai Sa’dan yang bernama Tokombong di Wura, (Laki-laki) dan Towisse di Tallang (Perempuan). Mereka itu di sebut juga To-Manurung di Langi.
Suku Mandar selama ini di kenal sangat kuat dengan budayanya.Mereka
menjunjung tinggi tradisi, bahasa dan adat istiadatnya. Filosofi hidup
mereka berbeda dengan suku Bugis, Makassar, Toraja dan suku lainnya yang
berdekatan dengan lingkungan kehidupan mereka di Sulawesi. Suku Mandar
di kenal teguh dengan prinsip hidupnya.Pada abad ke-20 karena banyak
gerakan-gerakan pemurnian ajaran islam seperti Muhammadiyah, maka ada
kecondongan untuk menganggap banyak bagian-bagian dari panngaderreng itu
sebagai syirik, tindakan yang Taik sesuai dengan ajaran Islam, dan
karena itu sebaiknya ditinggalkan. Demikian Islam di Sulawesi Selatan
telah juga mengalami proses pemurnian.
Sekitar 90% dari Suku
Mandar adalah pemeluk agama Islam, sedangkan hanya 10% memeluk agama
Kristen Protestan atau Katolik. Umat Kristen atau Katolik umumnya
terdiri dari pendatang-pendatang orang Maluku, Minahasa, dan lain-lain
atau dari orang Toraja. Mereka ini tinggal di kota-kota terutama di
Makassar.Adapun mereka yang tinggal di desa-desa di daerah pantai,
mencari ikan merupakan suatu mata pencarian hidup yang amat penting.
Dalam hal ini orang Mandar menangkap ikan dengan perahu-perahu layar
sampai jauh di laut. Orang Mandar terkenal sebagai suku-bangsa pelaut
di Indonesia yang telah mengembangkan suatu kebudayaan maritim sejak
beberapa abad lamanya. Perahu-perahu layar mereka telah mengarungi
perairan Nusantara dan lebih jauh dari itu telah berlayar sampai ke
Srilangka dan Filipina untuk berdagang.Bakat berlayar yang rupa-rupanya
telah ada pada orang Mandar, akibat kebudayaan maritim dari abad-abad
yang telah lampau itu. Sebelum Perang Dunia ke-II, daerah Sulawesi
Selatan merupakan daerah surplus bahan makanan, yang mengekspor beras
dan jagung ke tempat-tempat lain di Indonesia. Adapun kerajinan
rumah-tangga yang khas dari Sulawesi Selatan adalah tenunan sarung
sutera dari Mandar.