budaya mandar (sayyang pattu'du) menjuarai pentas budaya nasional di jakarta 2008
Sayyang pattudu (kuda menari), begitulah masyarakat suku mandar,
Sulawesi Barat menyebut acara yang diadakan dalam rangka untuk
mensyukuri anak-anak yang khatam (tamat) Alquran. Masyarakat di Sulawesi
Barat tamat Alquran adalah sesuatu yang sangat istimewa, dan perlu
disyukuri secara khusus dengan mengadakan pesta adat sayyang pattudu.
Pesta ini diadakan sekali dalam setahun, bertepatan dengan bulan
Maulid/Rabiul Awwal (kalender hijriyah). Dalam pesta tersebut
menampilkan atraksi kuda berhias yang menari
sembari ditunggangi
anak-anak yang sedang mengikuti acara tersebut.
Bagi masyarakat Mandar, khatam Alquran dan upacara adat sayyang
pattudu memiliki pertalian yang sangat erat antara yang satu dengan yang
lainnya. Acara ini mereka tetap lestarikan dengan baik. Bahkan
masyarakat suku mandar yang berdiam di luar Sulawesi Barat akan kembali
kekampung halamannya demi mengikuti acara tersebut. Penyelenggaraan
acara ini sudah berlangsung lama, tapi tidak ada yang tahu pasti kapan
acara ini diadakan pertama kali. Jejak sejarah yang menunjukkan awal
pelaksanaan dari kegiatan ini belum terdeteksi oleh para tokoh
masyarakat dan para sejarawan.
Keistimewaan dari acara ini adalah ketika puncak acara khatam
Al-Quran dengan menggelar pesta adat Sayyang Pattudu dengan daya tarik
tersendiri. Acara ini dimeriahkan dengan arak-arakan kuda mengelilingi
desa yang dikendarai oleh anak-anak yang menyelesaikan khatam Alquran.
Setiap anak mengendarai kuda yang sudah dihias dengan sedemikian rupa.
Kuda-kuda tersebut juga terlatih untuk mengikuti irama pesta dan
mampu berjalan sembari menari mengikuti iringan musik tabuhan rebana,
dan untaian pantun khas Mandar (kalinda’da’) yang mengiringi arak-arakan
tersebut.
Ketika duduk diatas kuda, para peserta yang ikut pesta Sayyang
Pattudu harus mengikuti tata atur baku yang berlaku secara turun
temurun. Dalam Sayyang Pattudu, para peserta duduk dengan satu kaki
ditekuk kebelakang, lutut menghadap kedepan, sementara satu kaki yang
lainnya terlipat dengan lutut dihadapkan keatas dan telapak kaki
berpijak pada punggung Kuda. Dengan posisi seperti itu, para peserta
didampingi agar keseimbangannya terpelihara ketika kuda yang ditunggangi
menari.
Peserta sayyang pattudu akan mengikuti irama liukan kuda yang menari
dengan mengangkat setengah badannya keatas sembari menggoyang-goyangkan
kaki dang menggeleng-gelengkan kepala agar tercipta gerakan yang menawan
dan harmonis.
Ketika acara sedang berjalan dengan meriah, tuan rumah dan kaum perempuan sibuk menyiapkan aneka hidangan dan kue-kue yang akan dibagikan kepada para tamu. Ruang tamu dipenuhi dengan aneka hidangan yang tersaji diatas baki yang siap memanjakan selera para tamu yang datang pada acara tersebut.
Rangkaian acara tahunan ini, diikuti oleh sekitar 50 orang peserta
tiap tahunnya, para peserta terhimpun dari berbagai kampung yang ada
didesa tersebut, diantara para peserta ada juga yang datang dari desa
atau kampung sebelah. Bahkan ada yang datang dari luar kabupaten..